Selasa, 23 April 2013

Rhincodon typus   Smith, 1828

Whale Shark


Whale shark (Rhinchodon typus) dalam bahasa Indosesia disebut dengan Hiu paus. Hiu paus (Rhincodon typus) adalah ikan hiu terbesar yang memiliki distribusi yang luas di lautan beriklim tropis dan hangat kecuali laut mediterania (Steven, 1994). Panjang dari Hiu paus ini mencapai 15 – 20 meter. Ciri khas dari spesies ini adanya tanda warna bintik – bintik dan garis – garis pucat dengan latar belakang gelap yang memudar ke bawah. Memiliki kepala yang besar, luas dan rata. Mulut yang hampir terminal besar dan gigi yang minute. Memiliki punggungan yang menonjol pada permukaan dorsal. Status ikan yang satu ini berdasarkan IUCN termasuk ke dalam Red List untuk spesies yang terancam punah dan dilindungi dibanyak negara di dunia termasuk India, Maladewa, Australia, Filiphina, Malaysia, Amerika Serikat, dan Honduras (Fowler, 2000).
 Hiu paus (Rhincodon typus) pertama kali dijelaskan dan diberi nama oleh Andrew Smith pada tahun 1828. Hiu paus (Rhincodon typus) merupakan salah satu anggota dari tujuh anggota yang lain dalam family Rhincodontidae dan sekitar 33 spesies dalam ordo Orectolobiformes.  Keterkaitan antar family didasarkan pada kesamaan anatomi dan morfologi.  Rhincodon typus masih memiliki hubungan dengan dalam satu ordonya dengan Orectolobidae, Ginglymostomatidae dan Stegostomatidae. Kebanyakan anggota dalam satu ordonya merupakan spesies benthik yang terdistribusi terbatas pada daerah tropis dan subtropis periaran Indo pasifik. Hiu pasu adalah satu-satunya spesies pelagis dalam ordonya dan satu-satunya anggota yang memakan plankton (Fowler, 2000).
Sistem klasifikasi hiu paus:
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Class                : Elasmobranchii
Ordo                : Orectolobiformes
Familly            : Rhincodontidae
Genus             : Rhincodon
Spesies            : Rhincodon typus
Hiu paus memiliki tubuh yang cukup kuat dengan memiliki tiga punggungan yang memanjang dan menonjol di atas panggulnya yang membentang dari insang hingga caudal. Memiliki kepala yang lebar dan bagian bawah perut yang rata dan memiliki terminal mulut yang lebar. Warna tubuhnya biru keabu-abuan dengan pola garis dan bintik-bintik di punggung dan pada permukaan lateral. Permukaan ventralnya berwarna putih (Norman, 2002).
Sirip punggung pertama jauh lebih besar daripada sirip punggung kedua dan menghadap ke belakang tubuh. Pada Hiu paus sirip ekor berbentuk bulan sabitdengan lobus atas lebih panjang dari pada lobus bawah. Sirip punggung dan sirip ekornya bisa mencapai tinggi 1,5 meter lebih. Sirip punggung berbentuk segitiga yang berwarna abu-abu kehitaman dan ada bintik-bintik putih pada beberapa titik begitu pula pada sirip ekornya. Sirip dada berwarna abu-abu gelap pada permukaan dorsalnya dengan bintik putih dan berwarna putih pada bagian ventralnya (Norman, 2002).
Hiu paus memiliki insang yang sangat besar. Selain itu diameter mulutnya mencapai 1,5 meter dan jumlah giginya mencapai 3000. Pada setiap rahangnya terdapat 300 yang tertutup oleh kulit velum dan tidak digunakan dalam proses memakan (Norman, 2002).
Hiu paus (Rhincodon typus) memakan bernagai plankton dan memangsa nekton seperti kepiting kecil, ikan-ikan kecil, iakn tuna dan juga cumi-cumi. Selain itu Hiu paus juga memakan fitoplankton dan makroalga. Tidak seperti vertebrata pemakan plankton lainya Hiu paus tidak tergantung pada gerak maju yang lambat untuk mengoperasikan mekanisme filtrasinya. Tetapi tergantung pada metode menghisap dan menyaring makanan yang memungkinkan untuk menarik air ke dalam mulut pada kecepatan yang lebih tinggi dari cara menyaring makan yang dinamis, seperti pada Hiu basking. Sehingga Hiu paus dapat memakan nekton dna zooplankton yang lebih besar dan lebih aktif. Hiu paus selalu terlihat sebagai pemakan pasif ketika dekat dengan permukaan. Hiu paus akan membuka mulutnya dan menghisap makananya, ketika mulutnya menutup aliran air akan keluar lewat insang. Plankton dan mangsanya yang lain akan terjebak pada dentikel yang melapisi lembaran insang dan faringnya (Martins, et all., diakses pada 15 April 2013).
Hiu paus mendeteksi adanya plankon ataupun mangsanya dengan indra penciumannya yang tajam. Lubang hidung Hiu paus ini terletak dikedua sisirahang atas di tepi terminal mulut. Indra penciuman ini akan mencari dan memindai ketika ada rangsangan kemudian indra penciuman ini akan melemah pada salah satu sisi. Sedangkan matanya hanya memiliki peran kecil dalam perilaku makannya yaitu hanya dalam mengarahkan pergerakan kepala selama makan di permukaan air (Duffy, 2002).
            Cara Hiu pau bereproduksi dimulai pada tahun 1910 oleh Soutwell melalui pengamatan Hiu paus betina di Sri Lanka yang memilii 16 telur menjadi satu dalam saluran telurnya. Tidak diketahui bagaimana cara Hiu paus menarik pasanganya. Bukti yang menunjukkan Hiu paus menarik pasangannya dengan pelepasan hormon memang masih kurang, tetapi sinyal-sinyal kimia dari hormon tetap memiliki peran penting dalam menemukan pasangan. Lubang hidungdi bagian mulutnya yang lebar ini sebagai sumber feromon yang menarik sinyal. Pola pigmentsi dari Hiu paus juga menentukan mereka dalam memilih pasangannya. Hiu paus jantan memiliki warna yang lebih mencolok dari pada yang betina. Rasuio jumlah perempuan menerima jumlah pejantan yang aktif secara seksual dapat menentukan struktur sistem perkawinan. Tidak mungkin akan terjadi Hiu paus betina kana memiliki pasangan lebih dari satu etika rasio jenis kelamin di habitatnya 1:1. Semakin besar rasionya menyimpang maka akan semakin besar potensi untuk poligamy. Distribusi merata dari calon pasangan akan menciptakan potensi yang lebih besar untuk sistem kawin poligami dari Hiu paus. Tahap akhiranya Hiu paus jnatan akan berenang sejajar dengan betina pilihannya, kemudian akan menyentuhsalah satu sirip dadanya dengan rahangnya dan posisi tubuhnya akan menyesuaikan dengan lekukan tubuh betina agar kloakanya dapat bertemu untuk melakukan reproduksi (Martin, 2002).
Hiu paus bersifat ovoviparous, dia bertelur dan juga melahirkan anaknya. Telurnya ini akan disimpan dalam uterusnya sampai waktunya untuk dilahirkan. Telur Hiu paus berwarna kuning dengan tekstur halus dan memiliki celah untuk pernafasan (Martin, et all., diakses pada 15 April 2013). Masih belum banyak bukti yang dapat menunjukan bahwa Hiu paus akan mengasuh anaknya setelah dilahirkan. 
Rhincodon typus menghuni laut hangat di daerah tropis  Rhincodo typus  terdistribusi luas di laut beriklim tropis yang hangat berada antara 300 LU - 35LS kecuali di laut Mediterania. Spesies ini menghuni baik laut dalam ataupun laut dangkal pesisir perairan dan laguna atol karang. Australia merupakan salah satu lokasi yang paling sering ditemukannya Rhincodon typus, yang sebagian besar sering terlihat di Ningaloo Marine Park (NMP) di Australia Barat yang hampir dapat dilihat setiap tahunnya. Selain di Australia secara teratur juga sering terlihat di daerah lain seperti India, Maladewa, Taiwan, Seychelles, Honduras, Afrika Selatan, Kenya, Belize, Meksiko, Kepulauan Galapagos, Chili, Thailand, Filiphina, Malaysia, Mauritius, dan Indonesia. Di Indonesia pernah terlihat di Kalimantan Utara (Norman,2002). Distribusi dan kelimpahan Rhincodon typus  umumya dipengaruhi oleh upwelling, batas arus dan produktivitas pelagis (Duffy, 2002).
Spesies ini lebih memilih air laut laut dengan suhu permukaannya antara 21-250 C dan memiliki produktivitas plankton yang tinggi. (Norman, 2002). Hiu paus lebih suka berpindah-pindah tempat sehingga mereka melakukan migrasi baik lokal ataupun dalam kawasan yang lebih luas. Migrasi ini tergantung juga pada produktivitas makanan di laut. Setiap bulan Maret dan April mereka akan bermigrasi ke daerah Reef Ningaloo. Mereka bermigrasi kesana untuk mendapatkan zooplanton dalam jumlah yang banyak. Hal ini dikarenakan daerah ini sedang tinggi tingkat pemijahannya (Martin, et all., diakses pada 15 April 2013). Populasi dari Hiu paus ini sudahsemakin langka dan spesies ini sudah masuk dalam daftar merah IUCN yang menunjukan bahwa spesies terancam punah (Holemborg, et all., 2009).


Referensi :

Duffy, C.A.J. 2002. Distribution, seasonality, lengths, and feeding behaviou of whale sharks (Rhincodon typus) observed in New Zeland waters. Zealand Journal of Marine and Freshwater Research. Vol. 36: 565-570
Fowler, S.L. 2000. Whale Shark Rhincodan typus Policy and research scoping study June-September 2000. Nature Conservation Bureau. UK
Holemberg, J., Norman, Bradley., and Arzomainan, Zaven. 2009. Estimating population size, structure, and residency time for whale sharks Rhincodon typus through collaborative photo-identification. Endangered Spesies Research. Vol. 7:39-53
Martins, C.,Craig Knickle. http://www.FLMNH.org/Ichtiology/Department/WhaleShark. diakses pada 15 April 2013
Norman, Brad. 2002. Cites Identifications Manual Whale Shark (Rhincodon Typus, 1829). ECOCEAN For Environment Australia Marine Spesies Section