Whale Shark
Whale shark (Rhinchodon typus) dalam bahasa Indosesia disebut dengan
Hiu paus. Hiu paus (Rhincodon typus) adalah ikan hiu terbesar yang
memiliki distribusi yang luas di lautan beriklim tropis dan hangat kecuali laut
mediterania (Steven, 1994). Panjang dari Hiu paus ini mencapai 15 – 20 meter.
Ciri khas dari spesies ini adanya tanda warna bintik – bintik dan garis – garis
pucat dengan latar belakang gelap yang memudar ke bawah. Memiliki kepala
yang besar, luas dan rata. Mulut yang hampir terminal besar dan gigi yang
minute. Memiliki punggungan yang menonjol pada permukaan dorsal. Status ikan
yang satu ini berdasarkan IUCN termasuk ke dalam Red List untuk spesies yang
terancam punah dan dilindungi dibanyak negara di dunia termasuk India,
Maladewa, Australia, Filiphina, Malaysia, Amerika Serikat, dan Honduras
(Fowler, 2000).
Hiu paus (Rhincodon
typus) pertama kali dijelaskan dan diberi nama oleh Andrew Smith pada tahun
1828. Hiu paus (Rhincodon typus) merupakan salah satu anggota dari tujuh
anggota yang lain dalam family Rhincodontidae dan sekitar 33 spesies dalam ordo Orectolobiformes. Keterkaitan antar family didasarkan pada kesamaan anatomi dan
morfologi. Rhincodon typus masih memiliki hubungan dengan dalam satu
ordonya dengan Orectolobidae, Ginglymostomatidae dan Stegostomatidae.
Kebanyakan anggota dalam satu ordonya merupakan spesies benthik yang
terdistribusi terbatas pada daerah tropis dan subtropis periaran Indo pasifik.
Hiu pasu adalah satu-satunya spesies pelagis dalam ordonya dan satu-satunya
anggota yang memakan plankton (Fowler, 2000).
Sistem klasifikasi hiu paus:
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Elasmobranchii
Ordo
: Orectolobiformes
Familly
: Rhincodontidae
Genus
: Rhincodon
Spesies
: Rhincodon typus
Hiu paus memiliki tubuh yang cukup
kuat dengan memiliki tiga punggungan yang memanjang dan menonjol di atas
panggulnya yang membentang dari insang hingga caudal. Memiliki kepala yang
lebar dan bagian bawah perut yang rata dan memiliki terminal mulut yang lebar. Warna
tubuhnya biru keabu-abuan dengan pola garis dan bintik-bintik di punggung dan
pada permukaan lateral. Permukaan ventralnya berwarna putih (Norman, 2002).
Sirip punggung pertama jauh lebih
besar daripada sirip punggung kedua dan menghadap ke belakang tubuh. Pada Hiu
paus sirip ekor berbentuk bulan sabit, dengan lobus
atas lebih panjang dari pada lobus bawah. Sirip punggung dan sirip ekornya bisa
mencapai tinggi 1,5 meter lebih. Sirip punggung berbentuk segitiga yang
berwarna abu-abu kehitaman dan ada bintik-bintik putih pada beberapa titik
begitu pula pada sirip ekornya. Sirip dada berwarna abu-abu gelap pada
permukaan dorsalnya dengan bintik putih dan berwarna putih pada bagian
ventralnya (Norman, 2002).
Hiu paus memiliki insang yang sangat
besar. Selain itu diameter mulutnya mencapai 1,5 meter dan jumlah giginya
mencapai 3000. Pada setiap rahangnya terdapat 300 yang tertutup oleh kulit
velum dan tidak digunakan dalam proses memakan (Norman, 2002).
Hiu paus (Rhincodon typus) memakan
bernagai plankton dan memangsa nekton seperti kepiting kecil, ikan-ikan kecil,
iakn tuna dan juga cumi-cumi. Selain itu Hiu paus juga memakan fitoplankton dan
makroalga. Tidak seperti vertebrata pemakan plankton lainya Hiu paus tidak
tergantung pada gerak maju yang lambat untuk mengoperasikan mekanisme
filtrasinya. Tetapi tergantung pada metode menghisap dan menyaring makanan yang
memungkinkan untuk menarik air ke dalam mulut pada kecepatan yang lebih tinggi
dari cara menyaring makan yang dinamis, seperti pada Hiu basking. Sehingga Hiu
paus dapat memakan nekton dna zooplankton yang lebih besar dan lebih aktif. Hiu
paus selalu terlihat sebagai pemakan pasif ketika dekat dengan permukaan. Hiu
paus akan membuka mulutnya dan menghisap makananya, ketika mulutnya menutup
aliran air akan keluar lewat insang. Plankton dan mangsanya yang lain akan
terjebak pada dentikel yang melapisi lembaran insang dan faringnya (Martins, et
all., diakses pada 15 April 2013).
Hiu paus mendeteksi adanya plankon
ataupun mangsanya dengan indra penciumannya yang tajam. Lubang hidung Hiu paus
ini terletak dikedua sisirahang atas di tepi terminal mulut. Indra penciuman
ini akan mencari dan memindai ketika ada rangsangan kemudian indra penciuman
ini akan melemah pada salah satu sisi. Sedangkan matanya hanya memiliki peran
kecil dalam perilaku makannya yaitu hanya dalam mengarahkan pergerakan kepala
selama makan di permukaan air (Duffy, 2002).
Cara Hiu pau bereproduksi dimulai pada tahun 1910 oleh
Soutwell melalui pengamatan Hiu paus betina di Sri Lanka yang memilii 16 telur
menjadi satu dalam saluran telurnya. Tidak diketahui bagaimana cara Hiu paus
menarik pasanganya. Bukti yang menunjukkan Hiu paus menarik pasangannya dengan
pelepasan hormon memang masih kurang, tetapi sinyal-sinyal kimia dari hormon
tetap memiliki peran penting dalam menemukan pasangan. Lubang hidungdi bagian
mulutnya yang lebar ini sebagai sumber feromon yang menarik sinyal. Pola
pigmentsi dari Hiu paus juga menentukan mereka dalam memilih pasangannya. Hiu
paus jantan memiliki warna yang lebih mencolok dari pada yang betina. Rasuio
jumlah perempuan menerima jumlah pejantan yang aktif secara seksual dapat
menentukan struktur sistem perkawinan. Tidak mungkin akan terjadi Hiu paus
betina kana memiliki pasangan lebih dari satu etika rasio jenis kelamin di
habitatnya 1:1. Semakin besar rasionya menyimpang maka akan semakin besar
potensi untuk poligamy. Distribusi merata dari calon pasangan akan menciptakan
potensi yang lebih besar untuk sistem kawin poligami dari Hiu paus. Tahap
akhiranya Hiu paus jnatan akan berenang sejajar dengan betina pilihannya,
kemudian akan menyentuhsalah satu sirip dadanya dengan rahangnya dan posisi
tubuhnya akan menyesuaikan dengan lekukan tubuh betina agar kloakanya dapat
bertemu untuk melakukan reproduksi (Martin, 2002).
Hiu paus
bersifat ovoviparous, dia bertelur dan juga melahirkan anaknya. Telurnya ini
akan disimpan dalam uterusnya sampai waktunya untuk dilahirkan. Telur Hiu paus
berwarna kuning dengan tekstur halus dan memiliki celah untuk pernafasan
(Martin, et all., diakses pada 15 April 2013). Masih belum
banyak bukti yang dapat menunjukan bahwa Hiu paus akan mengasuh anaknya setelah
dilahirkan.
Rhincodon typus menghuni
laut hangat di daerah tropis Rhincodo typus
terdistribusi luas di laut beriklim tropis yang hangat berada antara 300 LU
- 350 LS kecuali di laut Mediterania. Spesies ini menghuni baik
laut dalam ataupun laut dangkal pesisir perairan dan laguna atol karang.
Australia merupakan salah satu lokasi yang paling sering ditemukannya Rhincodon
typus, yang sebagian besar sering terlihat di Ningaloo Marine Park (NMP) di
Australia Barat yang hampir dapat dilihat setiap tahunnya. Selain di Australia
secara teratur juga sering terlihat di daerah lain seperti India, Maladewa,
Taiwan, Seychelles, Honduras, Afrika Selatan, Kenya, Belize, Meksiko, Kepulauan
Galapagos, Chili, Thailand, Filiphina, Malaysia, Mauritius, dan Indonesia. Di
Indonesia pernah terlihat di Kalimantan Utara (Norman,2002). Distribusi dan
kelimpahan Rhincodon typus umumya dipengaruhi oleh upwelling,
batas arus dan produktivitas pelagis (Duffy, 2002).
Spesies ini lebih memilih air laut
laut dengan suhu permukaannya antara 21-250 C dan memiliki
produktivitas plankton yang tinggi. (Norman, 2002). Hiu paus lebih suka berpindah-pindah
tempat sehingga mereka melakukan migrasi baik lokal ataupun dalam kawasan yang
lebih luas. Migrasi ini tergantung juga pada produktivitas makanan di laut.
Setiap bulan Maret dan April mereka akan bermigrasi ke daerah Reef Ningaloo.
Mereka bermigrasi kesana untuk mendapatkan zooplanton dalam jumlah yang banyak.
Hal ini dikarenakan daerah ini sedang tinggi tingkat pemijahannya (Martin, et
all., diakses pada 15 April 2013). Populasi dari Hiu paus ini
sudahsemakin langka dan spesies ini sudah masuk dalam daftar merah IUCN yang
menunjukan bahwa spesies terancam punah (Holemborg, et all., 2009).
Referensi :
Duffy, C.A.J. 2002. Distribution,
seasonality, lengths, and feeding behaviou of whale sharks (Rhincodon typus) observed in New Zeland
waters. Zealand Journal of Marine and Freshwater Research. Vol. 36: 565-570
Fowler, S.L. 2000. Whale Shark
Rhincodan typus Policy and research
scoping study June-September 2000. Nature Conservation Bureau. UK
Holemberg, J., Norman,
Bradley., and Arzomainan, Zaven. 2009. Estimating population size, structure,
and residency time for whale sharks Rhincodon
typus through collaborative photo-identification. Endangered Spesies
Research. Vol. 7:39-53
Martins, C.,Craig Knickle. http://www.FLMNH.org/Ichtiology/Department/WhaleShark. diakses pada 15 April 2013
Norman, Brad. 2002. Cites
Identifications Manual Whale Shark (Rhincodon Typus, 1829). ECOCEAN For
Environment Australia Marine Spesies Section